Jumat, 21 November 2025

Hikmah ke-20: Tahan Menghadapi Ujian

Dalam Al-Hikam, Ibnu ‘Atha’illah mengajarkan bahwa perjalanan menuju Allah tidak pernah lepas dari ujian. Ujian bukan tanda keterlambatan rahmat, melainkan gerbang untuk memasuki kedekatan. Pada hikmah ke-20, terdapat pelajaran mendalam tentang ketahanan hati saat menghadapi ujian—bahwa seorang hamba tidak seharusnya goyah ketika ia diuji, tetapi justru melihat ujian sebagai bentuk perhatian Allah.

1. Ujian adalah Bukti Pemeliharaan Allah

Menurut pelajaran hikmah ini, ketika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Ia membawanya ke medan ujian agar kualitas imannya tersingkap. Sebagaimana emas diuji dengan api, hati diuji dengan kesempitan, kegelisahan, dan hal yang tidak sesuai harapan.
Bukan karena Allah memusuhi hamba-Nya, tetapi karena Ia ingin membersihkan hati dari penyangga selain Dia.

2. Tahanlah, Sebab di Balik Ujian Ada Cahaya

Ibnu ‘Atha’illah menyiratkan bahwa barang siapa bersabar dalam ujian, akan dibukakan baginya pintu cahaya. Cahaya itu berupa pemahaman, ketenangan, hingga kedekatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang yang hidupnya tanpa cobaan.

Kadang ujian datang dalam bentuk yang mengejutkan; rezeki tertahan, harapan tertunda, atau rencana tidak berjalan sesuai keinginan. Namun dalam pandangan orang arif, semua itu bukan kegagalan, melainkan pendidikan Ilahi.

3. Jangan Mengeluh, Jangan Menolak, Cukup Hadapkan Hati kepada Allah

Hikmah ini mengajarkan bahwa keluhan hanya akan membuat ujian semakin berat. Sebaliknya, penyerahan diri (taslim) dan kepercayaan kepada Allah akan membuat hati lembut menerima ketentuan.

Bukan berarti kita pasif, tetapi kita menata hati agar tidak protes kepada takdir. Kita berusaha sebisanya, tetapi tenang bila hasil tidak sesuai harapan. Di sinilah letak kekuatan seorang salik (penempuh jalan Allah).

4. Keteguhan Hati Mengundang Pertolongan

Ketika hati sudah mantap menerima ujian dengan sabar, pertolongan Allah turun dengan cara yang tidak disangka. Sering kali manusia baru menyadari makna sebuah ujian setelah melewatinya:
bahwa apa yang ia kira musibah ternyata benteng dari bahaya, apa yang ia kira hambatan ternyata jalan menuju keberkahan yang lebih besar.

Hikmah ini menuntun kita untuk tidak buru-buru menilai buruk kejadian yang menimpa kita. Karena apa yang tampak gelap di awal, bisa jadi adalah permulaan cahaya.

5. Ujian Menjadikan Hamba Lebih Mengenal Tuhannya

Pada akhirnya, inti dari hikmah ke-20 adalah:
ujian mengembalikan hamba kepada Allah.

Saat manusia diuji, ia merasakan ketidakmampuannya. Dari ketidakmampuan itulah lahir doa. Dari doa lahir kedekatan. Dan dari kedekatan lahir kekuatan batin yang membuatnya lebih mapan dalam menghadapi hidup.

Penutup

Hikmah ke-20 dari Al-Hikam mengajarkan bahwa ketahanan menghadapi ujian bukan hanya sikap sabar, tetapi juga bentuk pengenalan terhadap cara Allah mendidik hamba-Nya. Orang yang tahan diuji tidak berarti orang yang tidak merasa sakit, tetapi orang yang tetap teguh meski hatinya perih—karena ia tahu Allah tidak pernah menimpakan sesuatu kecuali demi kemaslahatan dirinya.

Ujian adalah jalan. Kesabaran adalah kunci. Dan Allah adalah tujuan.