Dalam Al-Hikam, Ibnu ‘Atha’illah mengajarkan bahwa perjalanan menuju Allah tidak pernah lepas dari ujian. Ujian bukan tanda keterlambatan rahmat, melainkan gerbang untuk memasuki kedekatan. Pada hikmah ke-20, terdapat pelajaran mendalam tentang ketahanan hati saat menghadapi ujian—bahwa seorang hamba tidak seharusnya goyah ketika ia diuji, tetapi justru melihat ujian sebagai bentuk perhatian Allah.
1. Ujian adalah Bukti Pemeliharaan Allah
2. Tahanlah, Sebab di Balik Ujian Ada Cahaya
Ibnu ‘Atha’illah menyiratkan bahwa barang siapa bersabar dalam ujian, akan dibukakan baginya pintu cahaya. Cahaya itu berupa pemahaman, ketenangan, hingga kedekatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang yang hidupnya tanpa cobaan.
Kadang ujian datang dalam bentuk yang mengejutkan; rezeki tertahan, harapan tertunda, atau rencana tidak berjalan sesuai keinginan. Namun dalam pandangan orang arif, semua itu bukan kegagalan, melainkan pendidikan Ilahi.
3. Jangan Mengeluh, Jangan Menolak, Cukup Hadapkan Hati kepada Allah
Hikmah ini mengajarkan bahwa keluhan hanya akan membuat ujian semakin berat. Sebaliknya, penyerahan diri (taslim) dan kepercayaan kepada Allah akan membuat hati lembut menerima ketentuan.
Bukan berarti kita pasif, tetapi kita menata hati agar tidak protes kepada takdir. Kita berusaha sebisanya, tetapi tenang bila hasil tidak sesuai harapan. Di sinilah letak kekuatan seorang salik (penempuh jalan Allah).
4. Keteguhan Hati Mengundang Pertolongan
Hikmah ini menuntun kita untuk tidak buru-buru menilai buruk kejadian yang menimpa kita. Karena apa yang tampak gelap di awal, bisa jadi adalah permulaan cahaya.
5. Ujian Menjadikan Hamba Lebih Mengenal Tuhannya
Saat manusia diuji, ia merasakan ketidakmampuannya. Dari ketidakmampuan itulah lahir doa. Dari doa lahir kedekatan. Dan dari kedekatan lahir kekuatan batin yang membuatnya lebih mapan dalam menghadapi hidup.
Penutup
Hikmah ke-20 dari Al-Hikam mengajarkan bahwa ketahanan menghadapi ujian bukan hanya sikap sabar, tetapi juga bentuk pengenalan terhadap cara Allah mendidik hamba-Nya. Orang yang tahan diuji tidak berarti orang yang tidak merasa sakit, tetapi orang yang tetap teguh meski hatinya perih—karena ia tahu Allah tidak pernah menimpakan sesuatu kecuali demi kemaslahatan dirinya.
Ujian adalah jalan. Kesabaran adalah kunci. Dan Allah adalah tujuan.